Jumat, 11 Agustus 2017

Suara yang Tertahan

Mahasiswa Kok gak Tau!
Mahasiswa Kok gak Bisa!

Pernyataan seperti itu kerap kami dengar, entah itu sebagai bentuk penghargaan atas strata pendidikan kami yang jauh lebih tinggi atau justru penghinaan atas keterbatasan pengetahuan kami. Terlepas dari kedua maksud tersebut sesungguhnya kami adalah manusia biasa yang masih harus banyak belajar, kami kuliah bukan hanya untuk mendapatkan status atau gelar sebagai mahasiswa, tapi lebih daripada itu kami ingin belajar dan mendapatkan ilmu karena kami menyadari pengetahuan kami yang masih terbatas.
  
Menyandang status sebagai mahasiswa bukanlah hal yang mudah, banyak tuntutan yang harus kami terima. Mulai dari tuntutan pengetahuan, pekerjaan ketika kami lulus kelak dan tuntutan sosial lainnya.
Salah satu bentuk tuntutan sosial yang harus kami hadapi yaitu tuntutan pengetahuan, sebagai mahasiswa kami dianggap adalah orang yang paling tahu segalanya, ketika mereka bertanya kami harus mempunyai jawaban, dan ketika mereka membutuhkan kami dituntut harus bisa. Berbagai cemooh akan kami terima jika kedua hal tersebut tidak bisa kami penuhi.

Belum lama ini saya mendapat satu curhatan dari salah seorang teman,yang notabene dia adalah mahasiswa  salah  satu Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Dia bekerja di sebuah depot martabak manis untuk mengisi liburan semester , dari tempat kerja tersebut biasanya banyak orang yang memesan martabak manis disertai dengan berbagai ucapan, seperti ucapan ulang tahun dan berbagai ucapan lainnya. Pada suatu waktu saat menuliskan ucapan " Anniversary" menggunakan salah satu bahan kue, ia melakukan kesalahan dengan menuliskan huruf "r" sebanyak dua kali , sehingga menjadi " Anniversarry"yang menurut saya itu manusiawi, mungkin karena terburu - buru atau sebenarnya ia tahu akan tetapi ia enggan menghapus karena akan merusak tampilan dari martabak atau bisa jadi ia memang benar - benar tidak tahu. Bukan bermaksud membela, ini adalah realita yang sering saya temui pula dan kerap menjadi beban tersendiri bagi kami. Atas kesalahan tersebut ia mendapatkan berbagai celaan dan omelan dari rekan - rekan kerjanya, yang mana memang rekan - rekannya tersebut bukanlah mahasiswa. Bukan karena celaan atau omelan yang saya sesalkan, akan  tetapi isi dari celaan tersebut yang kerap kali menyangkut pautkan dengan status kami sebagai mahasiswa, seolah menganggap kami ini adalah manusia yang tidak boleh melakukan kesalahan.

Saya sepenuhnya menyadari konsekuensi dan tuntutan sosial dari status seorang mahasiswa, ketika kami lulus kelak ketika kami tidak segera mendapatkan pekerjaan kami pun akan menerima sanksi sosial, baik itu celaan maupun kritik, padahal apabila kita mau membuka mata antara lulusan mahasiswa yang ada dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia tidaklah sebanding.
Tetapi juga perlu dipahami dan disadari bahwa kondisi pendidikan di Indonesia tidak sepenuhnya merata, bahkan ada di usianya yang sudah menginjak dewasa tetapi belum bisa membaca, ada berbagai jenis lembaga pendidikan yang ada di Indonesia, yang notabene ada yang  swasta, negeri dan juga Internasional. Tetapi saya tidak ingin membahas mengenai ketiganya. Namun yang pasti tidak dapat dipungkiri jika ketiganya bertumpu pada kemampuan ekonomi yang kita miliki.

Maka lulusan dari ketiganya juga menjadi pembeda tersendiri di dalam masyarakat. Namun untuk kami yang bersungguh - sungguh ingin menuntut ilmu itu tidak menjadi masalah, karena dimana pun tempatnya kami hanya ingin mendapatkan pembelajaran dan ilmu,  yang kami sesalkan adalah konsekuensi sosial dari masyarakat yang harus kami terima. 

Dan karena ketimpangan ekonomi di Indonesia yang cukup tinggi maka tidak semua anak juga bisa mengakses pendidikan yang layak, terkadang mereka juga memiliki keinginan yang sama akan tetapi mereka juga terpaksa harus menyesuaikan dengan kondisi ekonomi keluarga. Kalaupun mereka kuliah itu hanya karena gratis dan beasiswa karena mereka juga ingin merubah kondisi keluarga, sebenarnya mereka juga masih belajar..apakah masih pantas mereka dicela atas ketidaktahuan mereka?

Terlepas dari semua ulasan tersebut, lantas bukan maksud kami ingin bersembunyi dibalik keterbatasan yang kami miliki, sesungguhnya justru kami harus belajar mengejar ketertinggalan kami. Namun ada baiknya jika semua elemen sosial ikut mendukung kami, status sebagai mahasiswa juga bukan status yang melulu kami banggakan, saya juga menyesalkan ketika banyak dari sekeliling kami yang menganggap kami terlalu memaksakan diri dan menyakiti orangtua kami dengan memilih kuliah dibandingkan harus bekerja membantu orangtua. Namun pada dasarnya ketika kami memutuskan hal tersebut juga bukan pilihan yang mudah bagi kami.

Yahh..terlepas dari semuanya, kita sebagai makhluk sosial harus senantiasa menyadari bahwa kita hidup tidak hanya dengan satu kepala, tetapi dengan banyak - banyak  kepala yang di dalamnya tersimpan berbagai macam pikiran serta pandangan. Maka yang bijak adalah yang mampu bertoleransi atas semua pandangan dan pemikiran.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Fine Day

.........(akan sangat sedih untuk sekarang) Gadis itu masih sibuk menarikan jarinya di atas layar ponselnya. Hari menunjukkan pukul delapan...