Sabtu, 12 Agustus 2017

Rekomendasi Tontonan Keluarga

Review Sinetron Indonesia


Hallo guys, buat para pecinta sinetron atau tayangan televisi Indonesia...hehe, kali ini anne mau kasih review salah satu sinetron yang ada di Indonesia, yaitu sinetron " Dunia Terbalik" sinetron yang tayang di stasiun televisi swasta RCTI ini sukses ditonton oleh ribuan orang setiap harinya..hehe. Berikut adalah review anne mengenai sinetron ini..

Genre        : Drama, Komedi dan Religi.
Format      : Sinetron
Pembuat    : MNC Pictures
Sutradara  : Iip . S. Hanan
Produser    : Mudakir Rifai
Pemain       :   - Agus Kuncoro
                        - Indra Birowo
                        - Sutan Simatupang
                        - Bambang Candra Bayu
                        - Yafi Tesa
                        - Mieke Amalia
                        - Idrus Madani
                        - Guntara Hidayat
                        - Ryana Dea
                        - Felicya Angelista
                        - Raihan Khan
                        - Faby Marcelia
                        - Diaz Ardiawan
                        - Marsha Risdasari
                       - Syahnaz Sadiqah
                       - Anjani Dina
                       - Rosnita Putri
                       - Deliana Siahaan

     Di tengah banyaknya sinetron Indonesia yang menurut anne kurang mendidik dan banyak menampilkan adegan kekerasan , namun sinetron Dunia Terbalik hadir dengan cerita yang menarik, mengisahkan beberapa orang suami yang ditinggalkan istrinya bekerja di luar negeri, sehingga mereka harus mendidik anak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang biasanya dikerjakan seorang istri, sementara istrinya bekerja mencari nafkah. Cerita dalam sinetron ini menceritakan masyarakat Jonggol, Bogor, tepatnya di desa Ciraos.

        Dimulai dari kisah Akum, Aceng, Idoy dan musuh bebuyutan Aceng yaitu Dadang. Dadang merupakan salah satu suami yang beruntung karena gaji istrinya adalah yang paling tinggi diantara para istri TKW lainnya, sehingga kerap berlaku sombong dan suka pamer. Sementara Aceng adalah musuh bebuyutan Dadang yang kerap kali saling ejek, hal ini karena Aceng adalah tipe lelaki yang suka menggoda para wanita. Idoy atau Idoy Mlehoy panggilan Aceng padanya adalah orang yang dikenal pelupa dan telat mikir. Lain halnya dengan Akum yang memiliki sifat paling sabar diantara ketiganya. Dalam kesehariannya diceritakan keempatnya selalu bercengkrama bersama di rumah Akum setelah mengantar anak - anak mereka pergi ke sekolah. Aceng kerap kali melupakan tugas rumah tangganya sehingga kerap kali memancing emosi mertuanya yaitu Mak Suha. Dalam bercengkrama tersebut Dadang seringkali pamer akan banyaknya emas yang ia miliki, semenatara Idoy sering memancing emosi ketiganya karena dalam setiap obrolan mereka ia selalu bertanya pada Akum dan kadang sulit mengerti obrolan ketiganya.

          Sinetron " Dunia Terbalik" tidak hanya menceritakan kisah Akum, Aceng, Idoy dan Dadang saja, namun kehidupan orang - orang di Desa Ciraos juga diceritakan dengan berbagai konflik keseharian yang menarik, selain itu nilai lebih dari sinetron ini yaitu masalah keseharian yang dianggap tabuh dapat diceritakan dan diperankan dengan baik oleh para pemainnya, seperti salah satu episodenya yang menceritakan seorang Dedeh yang mengantarkan makanan untuk mertuanya yang dititipkan kepada hansip desa, hal itu lalu memicu kemarahan dan rasa tersinggung dari mertuanya karena merasa tidak dihargai sebagai orangtua. Serta dalam sinetron ini selain mengandung kisah komedi, juga mempunyai pesan - pesan religius yang disampaikan, seperti pesan moral mengenai larangan jual beli gharar, yaitu jual beli yang mengandung ketidakjelasan, pertaruhan dan perjudian.

          Dalam sinetron tersebut juga diceritakan perihal keseharian anak - anak Akum, Aceng , Idoy dan dadang yang kompak menjadi teman, yaitu Febri, Deby, Jenifer dan Edward yang sedikit dibumbui nuansa percintaan ala anak - anak. 
             
           Terlepas dari semua kekurangan dan kelebihan yang ada dalam sinetron tersebut, menurut saya sinetron " Dunia Terbalik " layak untuk ditonton oleh semua kalangan, termasuk anak - anak karena di dalamnya terdapat pesan moral yang mendidik.

Okee guys..cukup sekain ulasan tentang sinetron Dunia Terbalik... 
Cukup dunianya aja guys yaa yang kebalik kitanya jangan...hehhee...




Jumat, 11 Agustus 2017

Suara yang Tertahan

Mahasiswa Kok gak Tau!
Mahasiswa Kok gak Bisa!

Pernyataan seperti itu kerap kami dengar, entah itu sebagai bentuk penghargaan atas strata pendidikan kami yang jauh lebih tinggi atau justru penghinaan atas keterbatasan pengetahuan kami. Terlepas dari kedua maksud tersebut sesungguhnya kami adalah manusia biasa yang masih harus banyak belajar, kami kuliah bukan hanya untuk mendapatkan status atau gelar sebagai mahasiswa, tapi lebih daripada itu kami ingin belajar dan mendapatkan ilmu karena kami menyadari pengetahuan kami yang masih terbatas.
  
Menyandang status sebagai mahasiswa bukanlah hal yang mudah, banyak tuntutan yang harus kami terima. Mulai dari tuntutan pengetahuan, pekerjaan ketika kami lulus kelak dan tuntutan sosial lainnya.
Salah satu bentuk tuntutan sosial yang harus kami hadapi yaitu tuntutan pengetahuan, sebagai mahasiswa kami dianggap adalah orang yang paling tahu segalanya, ketika mereka bertanya kami harus mempunyai jawaban, dan ketika mereka membutuhkan kami dituntut harus bisa. Berbagai cemooh akan kami terima jika kedua hal tersebut tidak bisa kami penuhi.

Belum lama ini saya mendapat satu curhatan dari salah seorang teman,yang notabene dia adalah mahasiswa  salah  satu Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia. Dia bekerja di sebuah depot martabak manis untuk mengisi liburan semester , dari tempat kerja tersebut biasanya banyak orang yang memesan martabak manis disertai dengan berbagai ucapan, seperti ucapan ulang tahun dan berbagai ucapan lainnya. Pada suatu waktu saat menuliskan ucapan " Anniversary" menggunakan salah satu bahan kue, ia melakukan kesalahan dengan menuliskan huruf "r" sebanyak dua kali , sehingga menjadi " Anniversarry"yang menurut saya itu manusiawi, mungkin karena terburu - buru atau sebenarnya ia tahu akan tetapi ia enggan menghapus karena akan merusak tampilan dari martabak atau bisa jadi ia memang benar - benar tidak tahu. Bukan bermaksud membela, ini adalah realita yang sering saya temui pula dan kerap menjadi beban tersendiri bagi kami. Atas kesalahan tersebut ia mendapatkan berbagai celaan dan omelan dari rekan - rekan kerjanya, yang mana memang rekan - rekannya tersebut bukanlah mahasiswa. Bukan karena celaan atau omelan yang saya sesalkan, akan  tetapi isi dari celaan tersebut yang kerap kali menyangkut pautkan dengan status kami sebagai mahasiswa, seolah menganggap kami ini adalah manusia yang tidak boleh melakukan kesalahan.

Saya sepenuhnya menyadari konsekuensi dan tuntutan sosial dari status seorang mahasiswa, ketika kami lulus kelak ketika kami tidak segera mendapatkan pekerjaan kami pun akan menerima sanksi sosial, baik itu celaan maupun kritik, padahal apabila kita mau membuka mata antara lulusan mahasiswa yang ada dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia tidaklah sebanding.
Tetapi juga perlu dipahami dan disadari bahwa kondisi pendidikan di Indonesia tidak sepenuhnya merata, bahkan ada di usianya yang sudah menginjak dewasa tetapi belum bisa membaca, ada berbagai jenis lembaga pendidikan yang ada di Indonesia, yang notabene ada yang  swasta, negeri dan juga Internasional. Tetapi saya tidak ingin membahas mengenai ketiganya. Namun yang pasti tidak dapat dipungkiri jika ketiganya bertumpu pada kemampuan ekonomi yang kita miliki.

Maka lulusan dari ketiganya juga menjadi pembeda tersendiri di dalam masyarakat. Namun untuk kami yang bersungguh - sungguh ingin menuntut ilmu itu tidak menjadi masalah, karena dimana pun tempatnya kami hanya ingin mendapatkan pembelajaran dan ilmu,  yang kami sesalkan adalah konsekuensi sosial dari masyarakat yang harus kami terima. 

Dan karena ketimpangan ekonomi di Indonesia yang cukup tinggi maka tidak semua anak juga bisa mengakses pendidikan yang layak, terkadang mereka juga memiliki keinginan yang sama akan tetapi mereka juga terpaksa harus menyesuaikan dengan kondisi ekonomi keluarga. Kalaupun mereka kuliah itu hanya karena gratis dan beasiswa karena mereka juga ingin merubah kondisi keluarga, sebenarnya mereka juga masih belajar..apakah masih pantas mereka dicela atas ketidaktahuan mereka?

Terlepas dari semua ulasan tersebut, lantas bukan maksud kami ingin bersembunyi dibalik keterbatasan yang kami miliki, sesungguhnya justru kami harus belajar mengejar ketertinggalan kami. Namun ada baiknya jika semua elemen sosial ikut mendukung kami, status sebagai mahasiswa juga bukan status yang melulu kami banggakan, saya juga menyesalkan ketika banyak dari sekeliling kami yang menganggap kami terlalu memaksakan diri dan menyakiti orangtua kami dengan memilih kuliah dibandingkan harus bekerja membantu orangtua. Namun pada dasarnya ketika kami memutuskan hal tersebut juga bukan pilihan yang mudah bagi kami.

Yahh..terlepas dari semuanya, kita sebagai makhluk sosial harus senantiasa menyadari bahwa kita hidup tidak hanya dengan satu kepala, tetapi dengan banyak - banyak  kepala yang di dalamnya tersimpan berbagai macam pikiran serta pandangan. Maka yang bijak adalah yang mampu bertoleransi atas semua pandangan dan pemikiran.




Rabu, 09 Agustus 2017

Mungkinkah Kita tengah Sakit?

Murahnya Nyawa

Liputan6.com, Jakarta - Polisi menetapkan dua tersangka kasus pengeroyokan dan pembakaran M Alzahra atau Joya. Pria 30 tahun itu dihakimi massa lantaran diduga mencur amplifier di Mushola Al Hidayah, Babelan, Kabupaten Bekasi.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan, dua tersangka masing- masing berinisial NMH atau NA dan SH atau SU. Keduanya sempat diperiksa sebagai saksi sebelum akhirnya ditetapkan menjadi tersangka.


Joya tewas mengenaskan di Pasar Muara, Bekasi, setelah dihakimi massa pada Selasa 1 Agustus 2017. Kepergian Joya menghadap Sang Pencipta secara mengenaskan menimbulkan rasa simpati masyarakat terhadap keluarga korban. Mereka berduyun - duyun datang ke rumah duka di Kampung Kavling Jati, RT 04 RW 05, Nomor 141, Desa Cikarang Kota, Kecamatan Cikarang Utara.Joya meninggalkan istri yang tengah hamil enam bulan serta putra sulung bernama Alif Saputra. Alif yang berusia empat tahun itu kerap menanyakan keberadaan sang ayah yang biasa mengajaknya sholat dan mengaji di mushala sederhana dekat dari rumah kontrakan mereka.
Istri Joya, Jubaidah, meminta kepada penegak hukum agar para pelaku pengeroyokan dan pembakaran yang menewaskan Joya diproses secara adil.


Sedih, Miris atau Ironis ketika mendengar peristiwa tersebut?
Tentu ketiga rasa tersebut menghampiri kita ketika mendengar peristiwa naas tersebut, sedih ketika seorang anak dan bayi yang belum lahir ke dunia harus kehilangan seorang ayah. Begitu miris ketika seharusnya kesalahpahaman yang bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan tetapi harus berakhir dengan cara yang tidak manusiawi. Dan begitu ironis ketika  peristiwa tersebut disaksikan oleh banyak orang tetapi tidak satu pun dari mereka yang mampu menghentikan peristiwa naas tersebut, bahkan dengan santainya justru ada yang asyik mengabadikan tragedi kemanusiaan tersebut.

Bagaimana dengan Sosiologi?
Dari sudut pandang sosiologi ada istilah yaitu Patologi Sosial, yaitu ilmu tentang gejala - gejala sosial yang dianggap sakit. Disebabkan oleh faktor - faktor sosial. Berasal dari Phatos ( Yunani), yaitu penderitaan, penyakit , logos yang berarti ilmu.
Secara definisi Menurut Kartini Kartono yaitu Patologi sosial adalah semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal.

Apakah kita tengah sakit?
Dari definisi tersebut apabila kita kaitkan dengan peristiwa di atas maka sebenarnya dapat dikatakan terdapat gejala - gejala sosial yang  dianggap sakit, salah satu bentuk gejala patologi sosial yaitu memudarnya nilai - nilai kekeluargaan dalam suatu komunitas, masalah kesalahpahaman yang tejadi pada peristiwa pengeroyokan dan pembakaran tersebut seharusnya bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan, pelaku atau orang yang mengalami patologi sosial akan  melakukan kontak fisik seperti memukul, menendang, mendorong dan sebagainya dalam tindakannya, pelaku patologi sosial kadang melakukannya karena tradisi, balas dendam atau merasa paling kuat dan berkuasa.

Dalam peristiwa tersebut juga terjadi peristiwa ketidaksadaran akan hukum, memang tidak dapat dipungkiri jika dalam suatu kerumunan massa tidak dapat dibedakan mana yang sadar akan hukum dan mana yang tidak sadar hukum, ketika semua berbaur menjadi satu maka keduanya tidak dapat dipilah - pilah.


Semoga peristiwa tersebut dapat menjadi pelajaran bagi kita semua dan kita menjadi orang -orang yang sadar akan adanya hukum, negara hukum kok main hakim sendiri..hehehee


























One Fine Day

.........(akan sangat sedih untuk sekarang) Gadis itu masih sibuk menarikan jarinya di atas layar ponselnya. Hari menunjukkan pukul delapan...